Jumat, 17 April 2009

eka say...

Menyambangi Kuta Rock City



“Terima kasih Rip Curl! Terima kasih WWF! Hentikan makan penyu ya!” kata bassis Eka Rock dari Superman Is Dead.

“Ganti sama babi saja. Babi bisa dimakan. Penyu itu lucu. Lebih baik kita minum Vodkabilly!” lanjut gitaris Eka Rock sambil tertawa.

Dan Superman Is Dead pun membawakan lagu “Vodkabilly.” Angin kencang berhembus di Half Way, Kuta, Bali. Pukul sembilan, Minggu [26/10] malam waktu setempat, area depan panggung yang ada di pinggir pantai itu terlihat padat—pihak media relations melaporkan ada sekira enam ribu orang menjadi penonton. Ini adalah panggung pertunjukkan musik yang digelar sebagai penutup rangkaian Rip Curl Surf and Music Festival. Beberapa orang kulit putih terlihat di area belakang panggung. Pemandangan seperti ini sering terlihat di pertunjukkan SID. Perempuan-perempuan menarik yang berdandan ala rockabilly [tato dengan motif dadu, atau burung, serta dandanan agak menor ala tahun ’50-an] menjadi daya tarik tersendiri dari rombongan duta Rockabali tersebut. Dan malam itu, jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan pertunjukkan mereka di Jakarta misalnya.

Bali sedang padat dengan kegiatan. Selain acara yang digelar Rip Curl, di sana juga sudah digelar Kuta Karnival selama seminggu. Ada juga Asian Beach Games yang menarik minat banyak wisatawan dan jurnalis lokal. Jalan-jalan di sekitar Kuta, Legian, dan Seminyak padat dengan kendaraan. Kemacetan yang biarpun tak sepadat Jakarta tapi tetap mengesalkan terlihat di beberapa tempat. Bukan hanya karena jalan-jalan menjadi sempit oleh kendaraan yang diparkir, tapi karena galian tanah yang terlihat di banyak jalan di sana.

Empat jam sebelumnya, sekira pukul lima sore, WWF mengadakan acara pelepasan anak penyu di pinggir pantai, sesaat setelah pengumuman hasil lomba selancar yang dimenangkan oleh Dede Suryana, peselancar dari Cimaja, Jawa Barat. Sejak siang, WWF memberi kesempatan kepada orang-orang untuk mengadopsi anak penyu dengan menyumbangkan uang sebesar seratus ribu rupiah. Para pengadopsi itu ikut melepaskan anak penyu ke pantai. Kelompok capoiera juga ikut memeriahkan suasana pantai. Melompat. Menjurus. Menari. Menyanyi. Menunjukkan keahlian mereka pada orang-orang yang kebetulan ada di pantai.

Hujan sempat mengguyur Denpasar pukul enam sore. Ketika pertunjukkan musik dimulai sejam kemudian, hujan sudah reda. Band-band lokal yang ikut tampil di antaranya Discotion Pil dan Nymphea. Crowd menyambut dengan cukup antusias penampilan band-band pembuka itu. Walaupun tentu saja, sambutan yang lebih meriah didapat oleh SID dan Netral yang tampil sesudahnya.

“Kami sangat menolak RUU APP. They’re fuckin stupid! Gimana kalo Anda ditangkap gara-gara melirik istri orang?” kata Eka setelah membawakan lagu “Vodkabilly.” Para penonton semakin menggila mendengar orasi Eka. Mereka bertepuk tangan. Ikut berteriak seakan menyetujui pendapat Eka. Beberapa kali, di Bali memang digelar aksi menentang RUU APP. Para personel SID termasuk di antara mereka yang ada di barisan penolak. Ancaman keluar dari Republik Indonesia bahkan sempat dilontarkan para demonstran dari Bali. “Ini lagu ‘Bukan Pahlawan!’” teriak Eka.

Di tengah-tengah set, SID mengajak seorang perempuan kulit putih untuk berkolaborasi. Dandanannya tentu saja khas rockabilly. Mereka berduet membawaka lagu baru SID yang rencananya akan dirilis bulan Desember tahun ini. Menjelang set berakhir, drummer Jerinx seperti biasa tampil ke depan, membawakan “Lady Rose.”

Netral tampil setelah SID. Ribuan orang yang sebelumnya menyanyikan lagu-lagu SID, kini ikut menyanyikan lagu-lagu Netral. Sing along terdengar di hampir setiap lagu. Ini menunjukkan bahwa mereka yang datang cinta benar kepada siapa yang sedang ditontonnya malam itu. Pukul sebelas malam acara berakhir. Tapi kemeriahan belum berhenti di sana. Sepanjang jalan Kuta macet. Bagi sebagian orang, pesta baru saja akan dimulai.

0 komentar:

Posting Komentar